Filsafat Tradisional dan Pendidikan
1. Idealisme
Idealisme dalam filsafat adalah aliran pemikiran filsafat yang kental dengan corak metafisik. Idealisme memandang bahwa realitas itu tidak lain adalah ide-ide, akal, pikiran, atau jiwa, bukan benda-benda material ataupun kekuasaan.
Idealisme dalam filsafat adalah aliran pemikiran filsafat yang kental dengan corak metafisik. Idealisme memandang bahwa realitas itu tidak lain adalah ide-ide, akal, pikiran, atau jiwa, bukan benda-benda material ataupun kekuasaan.
Idealisme pada intinya
adalah penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran dan akal-pikir. Idealisme
lebih menekankan pada akal-pikir sebelum materi. Idealisme menganggap bahwa
akal-pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang
ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa.
Menurut para penganut idealisme, pendidikan bertujuan membantu mengembangkan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Karena bakat tiap orang berbeda maka pendidikan harus diberikan sesuai dengan bakat orang tersebut. Metode yang digunakan dalam mengajar harus mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan ketrampilan logis, memberikan ksempatan menggunakan pengetahuan dll.
Idealisme memandang bahwa pendidikan bagi kehidupan sosial bertujuan membentuk persaudaraan antar sesama manusia sehigga terciptanya hubungan manusia yang saling pengertian dan saling menyayangi.
2. Realisme
Menurut penganut aliran ini, realitas puncak bukanlah ada didalam lingkup akal-pikir (mind). Alam semesta tersusun dari materi yang bergerak, sehingga ia adalah dunia fisik dimana manusia tinggal di dalamnya .
Menurut John Locke
bahwa akal-pikir jiwa manusia itu seperti tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya
kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu
pendidikan dibutuhkan untuk membentuk setiap individu agar mereka sesuai dengan
apa yang dipandang baik. Jadi pendidikan seperti halnya pelaksanaan psikologi
behaviourisme dalam pengajaran.
3. Neoskolastisisme
Neoskolastisisme adalah sebuah gerakan intelektual yang berkembang di Eropa (1050 M sampai 1350M) . Esensi dari skolatisisme adalah rasionalisme, Neoskolatisisme adalah bentuk baru dari skolatisisme dengan penekanan pada, dan seruan terhadap, rasio manusia. Karena itu neoskolatisisme merupakan pengungkapan modern filsafat tradisional.
Pandangan penganut
neoskolastisisme terhadap pendidikan yaitu sekolah membantu para pelajar mengembangkan
kemampuan-kemampuannya. Sedangkan guru merupakan orang berdisiplin
mental dengan kemampuan mengembangkan rasio, ingatan, dan daya kemauan pada
diri anak didiknya. Berkaitan dengan kurikulum penganut neoskolastisisme
menekankan pada materi yang berkaitan dengan aspek intelektual dan spiritual
dari kebudayaan.
Filsafat-filsafat Modern dan Pendidikan
1. Pragmatisme
Bagi John Dewey, yang
terpenting bukan benar tidaknya pengetahuan melainkan sejauhmana kita bisa
memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam masyarakat manusia dalam
kenyataan hidup. Selanjutnya ia berpendapat bahwa yang menjadi ukuran adalah
kegunaan untuk umum. Daya pikir dan daya tahu itu merupakan sarana. Bukan
konsep-konsep sendiri yang benar, tetapi ide-ide baru menjadi benar dalam
rangka proses penggunaan oleh manusia.
Bagi kalangan
pragmatis, pengalaman sekolah merupakan sebuah bagian dari hidup daripada
sekedar sebuah persiapan untuk hidup, jadi dalam hidup itu siswa mampu
menghadapi masalah-masalah yang timbul. Seorang guru dalam pandangan pragmatis
merupakan pendamping bagi subjek didik dalam pengalaman pendidikan karena
seluruh aktivitas kelas setiap harinya menghadapi dunia yang berubah.
2.
Eksistensialisme
Secara terminologi,
eksistensialisme berasal dari kata “eksistensi” dari kata dasar “existency”
yaitu “exist”. Kata “exist” adalah bahasa latin yang artinya: “ex”: keluar dan
“sistare” artinya berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dan keluar dari diri
sendiri.[10] Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada
eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada
(bereksistensi) dalam dunia.
Pandangan utama kaum
eksistensialisme terhadap pendidikan terutama siswa, untuk membantu kedirian
individu untuk sampai pada realisasi yang lebih utuh menyangkut preposisi
berikut:
·
Aku adalah subjek yang
memilih, tidak bisa menghindari memilih caraku menjalani hidup
·
Aku adalah subjek yang
bebas, sepenuhnya bebas untuk mencanangkan tujuan-tujuan kehidupan
sendiri
·
Aku adalah subjek yang
bertanggung jawab, secara pribadi mempertanggungjawabkan akan pilihan
bebaskukarena hal itu terungkapkan dalam bagaimana aku menjalani kehidupanku
Sedangkan guru berperan membantu subjek didik mengeksplorasi jawaban-jawaban
yang mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar