Selasa, 06 Desember 2016

Sumber Ilmu Pengetahuan


Sumber dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai asal. Sebagai contoh, sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan demikian, sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia. Jika membicarakan masalah asal, pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan karena dalam sumber pengetahuan juga terdapat sumber ilmu pengetahuan. Sumber utama ilmu pengetahuan sebagai berikut.
·         Rasionalisme
Paham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Oleh karena itu, berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuanlah manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempurnaan. Karena pengembangan rasionalitas manusia sangat bergantung pada pendayagunaan maksimal unsur rohaniah individu yang sangat bergantung pada proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses mental. Oleh karena itu, untuk mengembangkan sumber daya manusia menurut aliran rasionalisme ialah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan sistematika berpikir seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data dan fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata piker logis-sistematis menuju pengambilan kesimpulan yang baik pula.
·         Empirisme
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data indrawi yang sama dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Akal tidak bisa memperoleh pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain hanyalah kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu yang dating dari pengalaman.
       
John Hospers dalam bukunya yang berjudul An Intruction to Filosofical Analysis, sebagaimana yang dikutip oleh Surajiyo menyebutkan beberapa alat untuk memperoleh pengetahuan, antara lain pengalaman indra, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan.
1.      Pengalaman indrawi atau sense-experince, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman manusia dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan pemanfaatan alat indra manusia. Ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada fakta-fakta indrawi manusia.
Gejala alam menurut aliran ini bersifat konkret, dapat dinyatakan dengan pancaindra dan mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan mengenai suatu kejadian, seperti langit yang mendung dan biasanya diikuti oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang. Berdasarkan teori ini, akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan indrawi dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga sebagai tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan tersebut. Akal berfungsi untuk memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut. Dengan kata lain, empirisme menjadikan pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu yang tidak diamati dengan indra bukanlah pengetahuan yang benar. Walaupun demikian, ternyata indra mempunyai beberapa kelemahan, antara lain Pertama, keterbatasan indra, seperti kasus semakin jauh objek, semakin kecil ia penampakannya. Kasus tersebut tidak menunjukkan bahwa objek tersebut mengecil atau kecil. Kedua, indra menipu, penipuan indra terdapat pada orang yang sakit. Misalnya, penderita malaria merasakan gula yang manis, terasa pahit, dan udara yang panas dirasakan dingin. Ketiga, objek yang menipu, seperti pada ilusi dan fatamorgana. Keempat, objek dan indra yang menipu. Penglihatan kita kepada kerbau atau gajah. Jika kita memandang keduanya dari depan, yang kita lihat adalah kepalanya, sedangkan ekornya tidak kelihatan dan kedua binatang itu tidak bisa menunjukkan seluruh tubuhnya. Kelemahankelemahan pengalaman indra sebagai sumber pengetahuan maka lahirlah sumber kedua, yaitu rasionalisme.
2.      Penalaran atau reasoning. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran manusia menggunakan akal. Penalaran bekerja dengan cara mempertentangkan pernyataan yang ada dengan pernyataan baru. Kebenaran dari hasil kontradiksi keduanya merupakan ilmu pengetahuan baru. Akal mengatur data-data yang dikirim oleh indra, mengolahnya dan menyusunnya hingga menjadi pengetahuan yang benar. Dalam penyusunan ini, akal menggunakan konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal serta merupakan abstraksi dari benda-benda konkret. Selain menghasilkan pengetahuan dari bahan-bahan yang dikirim indra, akal juga mampu menghasilkan pengetahuan tanpa melalui indra, yaitu pengetahuan yang bersifat abstrak, seperti pengetahuan tentang hukum/aturan yang menanam jeruk selalu berbuah jeruk. Hukum ini ada dan logis, tetapi tidak empiris. Meskipun rasionalisme mengkritik emprisme dengan pengalaman indranya, rasionalisme dengan akalnya pun tak lepas dari kritik. Kelemahan yang terdapat pada akal. Akal tidak dapat mengetahui secara menyeluruh (universal) objek yang dihadapinya. Pengetahuan akal adalah pengetahuan parsial karena akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia memikirkannya dan akal hanya memahami bagian-bagian tertentu dari objek tersebut.
3.      Otoritas atau authority. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah kewibawaan kekuasaan yang diakui oleh anggota kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kebenarannya ini tidak perlu diuji lagi.
4.      Intuisi atau instuition. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah perenungan manusia yang memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan kejiwaannya. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari intuisi tidak dapat dibuktikan secara nyata merta melainkan melalui proses yang panjang dan tentu dengan memanfaatkan intuisi manusia.
Bergson menyatakan bahwa pengetahuan intuisi bersifat mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis. Intuisi dan analisis bisa bekerja sama dan saling membantu dalam menemukan kebenaran. Namun, intuisi sendiri tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan. Salah satu contohnya adalah pembahasan tentang keadilan. Apa adil itu? Pengertian adil akan berbeda bergantung akal manusia yang memahami. Adil bisa muncul dari si terhukum, keluarga terhukum, hakim, dan dari jaksa. Adil mempunyai banyak definisi. Disinilah intuisi berperan. Menurut aliran ini, intuisilah yang dapat mengetahui kebenaran secara utuh dan tetap.
5.      Wahyu atau revelation. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Ilahi melalui para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat. Dasar penerimaan kebenarannya adalah kepercayaan terhadap sumber wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini munculah apa yang disebut dengan keyakinan. Wahyu sebagai sumber pengetahuan juga berkembang di kalangan agamawan. Wahyu adalah pengetahuan agama disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi yang memperoleh pegetahuan tanpa mengusahakannnya. Pengetahuan ini terjadi karena kehendak Tuhan. Hanya para nabilah yang mendapat wahyu.
Wahyu Allah berisikan pengetahuan yang baik mengenai kehidupan manusia itu sendiri, alam semesta, dan juga pengetahuan transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, alam semesta dan kehidupan di akhirat nanti. Pengetahuan wahyu lebih banyak menekankan pada kepercayaan yang merupakan sifat dasar dari agama.
6.      Keyakinan atau faith. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sebuah keyakinan yang kuat. Keyakinan yang telah berakar dalam diri manusia atas kebenaran wahyu Ilahi dan pembawa berita Wahyu Ilahi tersebut. Ilmu pengetahuan ini tidak perlu diuji kebenarannya. Penganutnya akan serta merta mempercayainya sebagai sebuah keharusan.



Sumber: Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu (2016). Bogor: PT Penerbit IPB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar