Rabu, 21 Desember 2016

LANDASAN TEORI PENELITIAN


Dalam sebuah penelitan, landasan teori kerangka piker dan hipotesis merupakan hal yang penting, ibarat sebuah bangunan, maka ketiga hal tersebut merupakan sebuah kerangka fondasi. Dimana sebuah bangunan akan memiliki konstruksi yang kuat jika didirikan dengan kerangka fondasi yang kuat pula. Demikian juga dengan penulisan karya ilmiah, berbobot atau tidaknya ditentukan oleh kerangkanya yang merupakan unsur metodoligis.
Untuk mendapatkan suatau karya ilmiah yang sahih, maka seorang peneliti perlu mendalami pemahaman mengenai landasan teori , kerangka piker dan hipotesis. Dengan demikian karya ilmiah yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, tentunya dengan teliti memperhatikan landasan teori, kerangka piker dan hipotesis di dalam penelitian yang dilakukan.

  1. A.    DISKRIPSI DAN PENGERTIAN
  2. Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrument penelitian. Teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang atau pendapat lain, tetapi teori yang benar-benar telah teruji kebenarannya.
Dalam landasan teori ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1) nama pencetus teori, (2) tahun dan tempat pertama kali, (3) uraian ilmiah teori, (4) relevansi teori tersebut dengan upaya peneliti untuk mencapai tujuan atau target penelitian (Hadi Sabari Yunus, 2010 : 226)
  1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan inti dari teori yang telah dikembangkan yang mendasari perumusan hipotesis. Yaitu teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan jika dalam penelitian tersebut mengandung dua variabel atau lebih. Penelitian yang mengandung dua variabel atau lebih dirumuskan hipotesis berbentuk hubungan, karena itu dalam rangka menyusun hipotesis berbentuk hubungan perlu dikemukakan kerangka pikir yag dihasilkan berupa kerangka pikir asosiatif. Kerangka pikir assosiatif dapat menggunakan kalimat jika… maka akan… . Sugiyono (2011 : 284) mengatakan bahwa seoramg peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
  1. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitan merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan  landasan teori dan kerangka pikir. Menurut bahasa hipotesis berasal dari dua kata yaitu hipo dan tesis. Hipo artinya adalah bersifat meragukan dan sedangkan tesis berarti kebenaran. Jadi kalau digabungkan akan mempunyai makna suatu kebenaran yang masih bersifat meragukan. Ada beberapa pendapat mengenai hipotesis. Menurut Hadi Sabari Yunus (2010 : 243) hipotesis adalah suatu keterangan sementara tentang suatu fakta yang diamati. Sementara itu Sugiyono (2011 : 64) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Pendapat lain mengenai hipotesis dikemukakan oleh Iqbal Hasan (2004 : 13) bahwa hipotesis adalah proposi yang masih bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya.
Jadi dapat ditarik kesimpulan hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Dalam suatu penelitian hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesisi tersebut.

  1. B.     TINGKATAN DAN FOKUS TEORI
  2. Tingkatan Teori
Terdapat tiga tingkatan teori menurut Neuman, 2003 (dalam Sugiyono, 2011 : 56) yaitu micro, meso dan macro.
–          Teori tingkata mikro adalah sedikit ruang waktu, tempat atau urutan orang-orang. Konsep tersebut pada umumnya bukan abstrak.
–          Teori tingkatan meso adalah mengukur suatu teori yang mencoba untuk menghubungkan tingkatan mikro dan makro pada suatu tingkatan dasar.
–          Teori tingkatan makro adalah perhatian operasi lebih besar dari jumlah keseluruhan seperti sistem kultur dan gerakan social.
  1. Fokus Teori
Selanjutnya Neuman, 2003 (dalam Sugiyono, 2011 : 56) juga membedakan fokus teori menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan middle range theory.
–          Subtantif theory dikembangkan untuk suatu keprihatinan sosial, seperti hubungan RAS.
–          Formal theory dikembangkan untuk suatu konseptualyag luas di dalam teori umum, seperti alat perlengkapan sosialisasi.
–          Middle range theory adalah seditik lebih abstrak disbanding penyamarataan empiris atau hipotesis spesifik. Middle mencakup teori khusus digunakan dalam sosiologi untuk pemeriksaan empiris. Namun yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif karena lebih focus berlaku untuk objek yang akan diteliti.

  1. C.    KEGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, kegunaan teori dibagi menjadi tiga, yaitu :
  1. Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau konstruk variable yang akan diteliti.
  2. Sebagai prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta adalah untuk merumuskan hipotesis dan menysusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu bersifat prdiktif.
  3. Sebagai control, digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.



    Sumber : Hadi . S . Yunus . 2010 . Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar