Filsafat merupakan kajian dan sikap hidup yang menggambarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebijaksanaan. Filsafat memiliki banyak cabangcabang filsafat seperti logika, metodologi, metafisika, filsafat agama, dan lain-lain. Suatu ilmu pengetahuan itu saling berhubungan, begitu juga dengan filsafat. Filsafat dapat berinter-relasi dengan filsafat, agama, dan budaya. Untuk lebih jelasnya akan diulas tiap-tiap bagiannya.
1.
Filsafat
dan agama Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam
sejarah dan kehidupan manusia. Selain menaruh filsafat sebagai sumber pengetahuan,
Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Hubungan filsafat dan agama
di Barat telah terjadi sejak periode Yunani Klasik, pertengahan, modern, dan
kontemporer, meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya mengalami pasang
surut.Dewasa ini, di Barat terdapat kecenderungan yang kuat terhadap peranan agama.
Masyarakat modern yang rasionalistik, vitalistik, dan materialistik, ternyata
hampa spiritual sehingga mulai menengok dunia Timur yang kaya nilainilai spiritual.
Kalau dilihat melaui sudut pandang Islam maka hubungan antar filsafat dan agama
yaitu sangat erat hubungannya. Al-Quran mengatakan bahwa sarana yang digunakan
dalam mempelajari objek, yakni akal dan objek yang diperintahkan untuk
dipelajari yaitu yang bersifat realitas secara menyeluruh. Ayat-ayat yang
menerangkan itu di antaranya “maka berpikirlah wahai orangorang yang berakal
dan berbudi”. Di sini dapat kita katakan bahwa Al-Quran memandang positif
hubungan antara filsafat dan agama. Kerja akal disebut berfilsafat jika
dalam memakainya seseorangmenggunakan metode berpikir yang memenuhi syarat-syarat
pemikiran logis.
Kebenaran tidak akan berlawanan
dengan kebenaran sehingga jika pemikiranakal (sebagai sumber asasi filsafat)
dan Al-Quran (sebagai sumber asasi agama)tidak membawa pertentangan maka itu
merupakan suatu kebenaran. Mengenaidikotomi agama dan filsafat serta hubungan
antara keduanya, para pemikirterpecah dalam tiga kelompok: kelompok pertama,
berpandangan bahwa antara keduanya terdapat hubungan keharmonisan dan tidak ada
pertentangan sama sekali. Kelompok kedua, memandang bahwa filsafat itu bertolak
belakang dengan agama dan tidak ada kesesuaiannya sama sekali. Kelompok ketiga,
yang cenderungmoderat, substansi gagasannya adalah pada sebagian perkara dan
persoalanterdapat keharmonisan antara agama dan filsafat di mana kaidah-kaidah
filsafat dapat diaplikasikan untuk memahami, menafsirkan, dan menakwilkan
ajaranagama. Sangat penting untuk digarisbawahi bahwa yang dimaksud filsafat
dalam makalah ini adalah metafisika (mâ ba’d ath-thabî’ah).
Jadi, subjek pengkajian kita adalah hubungan antara agama dan metafisika, namun
metafisika menurut perspektif para filsuf Islam. Sebelumnya telah disinggung
bahwa sebagian pemikir Islam memandang bahwa antara agama dan filsafat terdapat
keharmonisan. Sekitar abad ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia Islam
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Abu Yazid Balkhi, salah seorang filsuf
dan teolog Islam, mengungkapkan hubungan antara agama dan filsafat, berkata “Syariat
(baca: agama) adalah filsafat mayor dan filsuf hakiki adalah orang yang mengamalkan
ajaran-ajaran syariat”. Ia yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat yang
paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan.
2. Filsafat
dan budaya Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Budhayah. Kata ini
berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi artinya akal, tabiat, watak,
akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah.
Sementara daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Dalam
bahasa Arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan adalah al-Hadlarah, as Tsaqafiyah
/ Tsaaqafah yang artinya juga peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk
kata kebudayaan adalah Culture (Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur
(Belanda). Secara istilah, banyak pengertian tentang kebudayaan di
antaranya 1) kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan
diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu; 2) aspek ekspresi simbolik
perilaku manusia atau makna bersama yang memengaruhi kehidupan sehari-hari
sehingga menjadi
Sumber: Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu (2016). Bogor: PT Penerbit IPB Press
Sumber: Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu (2016). Bogor: PT Penerbit IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar